MATA BERAIR DAN NYERI PUNGGUNG AKIBAT NGE-NET atau BEKERJA DENGAN KOMPUTER atasi dengan TEH HERBAL SIRIH MERAH RASA MINT.
Di racik dari pucuk daun teh, tanaman berkhasiat obat yang selain mengandung vitamin C, E dan Betakarotin juga berperan penting sebagai antioksidan serta menangkal kadar radikal bebas dalam tubuh sebagai penyebab rusaknya sel dan membran sel yang berkaitan dengan penyakit tumor/ kanker. Paduan unik dan peran penting tanaman obat lain yang menyertai Teh Herbal Sirih Merah inilah yang membuat beda dari teh kebanyakan.Rasa dan aromanya khas paduan rasa jahe+mint dan tidak pahit.
Kandungan zat tanin, selenium, fluoride dan seng yang terdapat dan daun Teh Herbal Sirih Merah telah dilengkapi dengan zat alkaloid, saponin, flavanoid, antiseptik, antioksidan (anti kanker), antirematik, sedatif (penenang), pembersih darah, antidiabetik dan anti masuk angin. Karena itu Teh Herbal sirih Merah selain sebagai minuman penyegar badan atau mengembalikan vitalitas tubuh juga berguna untuk mempercepat proses penyembuhan berbagai penyakit.
Read More »»
SIRIH MERAH TANAMAN EKSOTIK
Friday, 19 December 2008
Kapsul Ekstrak Sirih Merah Plus
Dari hasil kromatogram, Sirih Merah mengandung senyawa kimia: flavanoid, alkaloid, senyawa polevenolad, tannin & minyak atsiri. Senyawa flavanoid & polevenolad yang dikandungnya bersifat: antioksidan, antidiabetik, antikanker, antiseptik, anti inflamasi dan senyawa alkaloid-nya memiliki sifat neoplastik yang mampu menghambat sel kanker.
Sirih Merah yang kini menjadi fenomena, selain cantik sebagai tanaman keraton yang eksotik bermanfaat pula sebagai tanaman yang “ampuh” mengobati dan meredakan beberapa penyakit.
Read More »»
Sirih Merah yang kini menjadi fenomena, selain cantik sebagai tanaman keraton yang eksotik bermanfaat pula sebagai tanaman yang “ampuh” mengobati dan meredakan beberapa penyakit.
Read More »»
Paduan Kapsul Ekstrak Sirih Merah + Teh Herbal Sirih Merah
Keduanya bila di konsumsi sangat efektif untuk membasmi berbagai macam penyakit, seperti: benjolan/daging tumbuh, tumor, kanker, diabetes, kolesterol, stroke, asam urat, stress-depresi, penenang, sulit tidur, ejakulasi dini, lemah syahwat, radang lever, radang ginjal, tbc, batu empedu,
radang prostat, ambeien, nyeri sendi, pembersih darah, nyeri pinggang, radang mata, penglihatan kabur, melancarkan asi, pelangsing badan, gurah kewanitaan (keputihan akut/radang mulut rahim), nyeri haid, masuk angin, meremajakan kulit, mencegah penuaan dini, osteoporosis dan jerawat kronis. Read More »»
radang prostat, ambeien, nyeri sendi, pembersih darah, nyeri pinggang, radang mata, penglihatan kabur, melancarkan asi, pelangsing badan, gurah kewanitaan (keputihan akut/radang mulut rahim), nyeri haid, masuk angin, meremajakan kulit, mencegah penuaan dini, osteoporosis dan jerawat kronis. Read More »»
Friday, 5 December 2008
Benjolan Di Payudara Dan Keputihan Akut Hilang Dalam Tujuh Minggu.
Ny. Sudiasih, 45 tahun, Kutoarjo
Istri Bapak Tikno ini adalah seorang ibu rumah tangga kelahiran Kutoarjo. Ia mengikuti suaminya membuka usaha toko obat dibilangan Jl. RE Martadinata, Cialcap. Sepintas secara fisik Ny. Asih, demikian dia biasa disapa,
seperti tidak mempunyai keluhan penyakit. Dia selalu tampak ceria dan ramah kepada semua orang. Pada suatu hari, setelah memeriksakan darahnya disalah satu rumah sakit di Yogyakarta, Ny. Asih mampir ke rumah penulis untuk melihat-lihat tanaman obat. Dia menanyakan segala sesuatu tentang ramuan herbal yang memang terpajang di kediaman penulis. Salah satu produk yang menjadi perhatiannya adalah tanaman sirih merah dan kapsul Ekstrak Sirih Merah.
Merasa cocok ngobrol tentang herbal, dia menanyakan masalah yang berkaitan dengan kanker payudara dan keluhan keputihan yang menahun. Ny. Asih mengakui bahwa saat ini dalam proses pembuktian benar tidaknya kanker payudara sebelah kirinya yang masih sebesar ibu jari tangan. Semenjak dua minggu sebelum ketemu penulis di Yogyakarta, dia merasakan nyeri berdenyut yang semakin hari semakin bertambah sakit dan sangat mengganggu aktivitas. Menurut diagnosis dokter benjolan tersebut kemungkinan besar tumor atau kanker payudara stadium II.
Jika benar, solusinya adalah operasi pengangkatan benjolan sebelum menjadi menjalar dan semakin membesar atau meluas. Sementara itu, keputihan akut yang sudah lama dideritanya juga mengarah ke kanker mulut rahim. Atau paling tidak terjadi infeksi serius pada mulut rahim.
Pembicaraan telah sampai pada masalah sakit yang serius. Wajah Ny. Asih mulai berubah, tanda-tanda kecemasan tergambar diwajahnya yang murah senyum itu. Setelah pulang, konsultasi dilanjutkan via telepon. Sebenarnya kemunculan benjolan di payudara kirinya itu sudah agak lama, tetapi dirahasiakan dan dipendam sendiri. Sementara itu, keputihan akut dideritanya sejak dua tahun lalu.
Saya menyarankan agar Ny. Asih mengonsumsi kapsul Ekstrak Sirih Merah, Teh Celup Sirih Merah, dan Teh herbal yang bahan bakunya juga ada daun sirih merahnya. Selama seminggu meminum kapsul Ekstrak Sirih Merah belum ada tanda-tanda rasa sakitnya berkurang. Namun, sudah mulai ada perubahan lain, seperti tidur malamnya lebih enak dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Sejak minggu ketiga benjolan di payudara kirinya mulai mengecil. Rasa nyeri berdenyut hilang dan hanya sekali-sekali terasa. Pada minggu ketujuh benjolan tinggal tersisa sangat kecil, pipih, dan sama sekali tidak terasa sakit. Hanya, saat pikiran tegang dan tenaga terforsir, sisa-sisa sakitnya kadang-kadang timbul sesaat dan tidak mengkhawatirkan lagi.
Bersama dengan sembuhnya benjolan di payudaranya, keluhan infeksi di saluran mulut rahim pun berangsur sembuh. Namun untuk pencegahan, pada bulan-bulan berikutnya Ny. Asih tetap mengonsumsi kapsul Ekstrak Sirih Merah dengan dosis setengah dari biasanya dan cukup 2-3 kali seminggu, sekali minum dua kapsul.
Artikel ini dikutip dari buku: BASMI PENYAKIT DENGAN SIRIH MERAH, karangan: BAMBANG SUDEWO, hal 11 - 13, Cetakan Kelima 2008 Penerbit AgroMedia Pustaka. Dikutip oleh: Perwakilan Banyuwangi – PJ Sekar Kedhaton
Read More »»
Istri Bapak Tikno ini adalah seorang ibu rumah tangga kelahiran Kutoarjo. Ia mengikuti suaminya membuka usaha toko obat dibilangan Jl. RE Martadinata, Cialcap. Sepintas secara fisik Ny. Asih, demikian dia biasa disapa,
seperti tidak mempunyai keluhan penyakit. Dia selalu tampak ceria dan ramah kepada semua orang. Pada suatu hari, setelah memeriksakan darahnya disalah satu rumah sakit di Yogyakarta, Ny. Asih mampir ke rumah penulis untuk melihat-lihat tanaman obat. Dia menanyakan segala sesuatu tentang ramuan herbal yang memang terpajang di kediaman penulis. Salah satu produk yang menjadi perhatiannya adalah tanaman sirih merah dan kapsul Ekstrak Sirih Merah.
Merasa cocok ngobrol tentang herbal, dia menanyakan masalah yang berkaitan dengan kanker payudara dan keluhan keputihan yang menahun. Ny. Asih mengakui bahwa saat ini dalam proses pembuktian benar tidaknya kanker payudara sebelah kirinya yang masih sebesar ibu jari tangan. Semenjak dua minggu sebelum ketemu penulis di Yogyakarta, dia merasakan nyeri berdenyut yang semakin hari semakin bertambah sakit dan sangat mengganggu aktivitas. Menurut diagnosis dokter benjolan tersebut kemungkinan besar tumor atau kanker payudara stadium II.
Jika benar, solusinya adalah operasi pengangkatan benjolan sebelum menjadi menjalar dan semakin membesar atau meluas. Sementara itu, keputihan akut yang sudah lama dideritanya juga mengarah ke kanker mulut rahim. Atau paling tidak terjadi infeksi serius pada mulut rahim.
Pembicaraan telah sampai pada masalah sakit yang serius. Wajah Ny. Asih mulai berubah, tanda-tanda kecemasan tergambar diwajahnya yang murah senyum itu. Setelah pulang, konsultasi dilanjutkan via telepon. Sebenarnya kemunculan benjolan di payudara kirinya itu sudah agak lama, tetapi dirahasiakan dan dipendam sendiri. Sementara itu, keputihan akut dideritanya sejak dua tahun lalu.
Saya menyarankan agar Ny. Asih mengonsumsi kapsul Ekstrak Sirih Merah, Teh Celup Sirih Merah, dan Teh herbal yang bahan bakunya juga ada daun sirih merahnya. Selama seminggu meminum kapsul Ekstrak Sirih Merah belum ada tanda-tanda rasa sakitnya berkurang. Namun, sudah mulai ada perubahan lain, seperti tidur malamnya lebih enak dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Sejak minggu ketiga benjolan di payudara kirinya mulai mengecil. Rasa nyeri berdenyut hilang dan hanya sekali-sekali terasa. Pada minggu ketujuh benjolan tinggal tersisa sangat kecil, pipih, dan sama sekali tidak terasa sakit. Hanya, saat pikiran tegang dan tenaga terforsir, sisa-sisa sakitnya kadang-kadang timbul sesaat dan tidak mengkhawatirkan lagi.
Bersama dengan sembuhnya benjolan di payudaranya, keluhan infeksi di saluran mulut rahim pun berangsur sembuh. Namun untuk pencegahan, pada bulan-bulan berikutnya Ny. Asih tetap mengonsumsi kapsul Ekstrak Sirih Merah dengan dosis setengah dari biasanya dan cukup 2-3 kali seminggu, sekali minum dua kapsul.
Artikel ini dikutip dari buku: BASMI PENYAKIT DENGAN SIRIH MERAH, karangan: BAMBANG SUDEWO, hal 11 - 13, Cetakan Kelima 2008 Penerbit AgroMedia Pustaka. Dikutip oleh: Perwakilan Banyuwangi – PJ Sekar Kedhaton
Read More »»
Labels:
pengalaman
Serangan Jantung Urung Merenggut Nyawa.
Ny. Murjiasih, 51 tahun, Yogyakarta
Setahun setelah suami tercinta menghadap Ilahi, kondisi fisik Ny. Murjiasih semakin memburuk. Bukan hanya karena larut dalam kesedihan, tetapi juga karena beban hidup keluarganya harus ditanggung sendiri.
Sementara itu, anak semata wayangnya mebutuhkan biaya pendidikan yang tidak ringan.Tekanan keadaan seperti inilah yang membuatnya stres dan kehilangan semangat berjuang untuk menghadapi kehidupan yang semakain berat, sehingga daya tahan tubuhnya menurun dan organ jantungnya pun terserang penyakit.
Awalnya, muncul keluhan-keluhan ringan seperti badan lemah, gemetaran, sering keluar keringat kingin, dan dada terasa sesak. Gejala-gejala tersebut diatasinya dengan minum obat masuk angin dan kadang-kadang kerokan, kemudian membaluri sekujur tubuhnya dengan minyak kayu puitih. Gejala seperti ini sering datang dan pergi. Selanjutnya, semakin hari dadanya semakin terasa nyeri, serta di daerah punggung dan tengkuk terasa pegal-pegal.
Dokter terdekat yang menjadi langganan berobat, merujuk ke salah satu rumah sakit terbesar di yogyakarta untuk memeriksakan kondisi jantungnya. Setelah di-EEG (rekam jantung), ada indikasi kerja jantung memburuk. Setiap periksa di rumah sakit, obat-obat untuk menormalkan kerja jantung direbus dengan biaya yang tidak murah. Hampir satu tahun sakitnya tidak menunjukkan kesembuhan.
Pada suatu hari, sekitar jam 05.30, Ny. Murjiasih diantarkan ke tempat penulis menggunakan mobil tetangganya dalam kondisi tidak sadar. Muka pucat, badan dingin, kedua tangan dan kaki kaku, kedua matanya memandang kosong ke atas, tidak bisa bicara, serta bibirnya membiru seolah mendekati sekarat. Sampai di rumah penulis, dia dibaringkan dengan posisi miring agar jantung berada di atas. Langkah pertama yang diambil penulis adalah mengatur posisi tubuhnya agar rileks. Sekujur tubuh dihangatkan, telapak kaki, telapak tangan, pinggang, tengkuk, dan bagian perut dibakar dengan minyak kayu putih. Simpul saraf bagian telapak kaki dirangsang aktif dengan totok jari, terutama di titik jantung dan kelima organ penting lainnya.
Setelah sadar, 30 menit kemudian, Ny Murjiasih didudukkan dan penulis memberi 0,5 gelas (100 ml) minuman Teh hijau yang dicampur dengan Teh Sirih Merah ditambah sedikit madu dalam keadaan hangat. Selang 30 menit setelah minum Teh herbal tersebut, wajah Ny. Murjiasih mulai memerah, tidak pucat seperti saat datang, serta badannya mulai hangat kembali,. Walaupun dengan perlahan, mulutnya sudah bisa bicara, menceritakan kronologi kejadian yang dialaminya hingga sampai kena serangan jantung.
Pada hari-hari berikutnya Ny. Murjiasih rutin minum kapsul Ekstrak Sirih Merah. Sampai saat riwayatnya ditulis, dia masih dalam keadaan sehat dan tidak mengkhawatirkan seperti saat kritis seperti yang penulis lihat sendiri. Ternyata melalui sirih merah ditambah tanaman herbal lain, sang Khalik memberikan jalan kesembuhan bagi hamba-NYA yang patuh dan taat mengabdi.
Artikel ini dikutip dari buku: BASMI PENYAKIT DENGAN SIRIH MERAH, karangan: BAMBANG SUDEWO, hal 13 - 15, Cetakan Kelima 2008 Penerbit AgroMedia Pustaka. Dikutip oleh: Perwakilan Banyuwangi – PJ Sekar Kedhaton
Read More »»
Setahun setelah suami tercinta menghadap Ilahi, kondisi fisik Ny. Murjiasih semakin memburuk. Bukan hanya karena larut dalam kesedihan, tetapi juga karena beban hidup keluarganya harus ditanggung sendiri.
Sementara itu, anak semata wayangnya mebutuhkan biaya pendidikan yang tidak ringan.Tekanan keadaan seperti inilah yang membuatnya stres dan kehilangan semangat berjuang untuk menghadapi kehidupan yang semakain berat, sehingga daya tahan tubuhnya menurun dan organ jantungnya pun terserang penyakit.
Awalnya, muncul keluhan-keluhan ringan seperti badan lemah, gemetaran, sering keluar keringat kingin, dan dada terasa sesak. Gejala-gejala tersebut diatasinya dengan minum obat masuk angin dan kadang-kadang kerokan, kemudian membaluri sekujur tubuhnya dengan minyak kayu puitih. Gejala seperti ini sering datang dan pergi. Selanjutnya, semakin hari dadanya semakin terasa nyeri, serta di daerah punggung dan tengkuk terasa pegal-pegal.
Dokter terdekat yang menjadi langganan berobat, merujuk ke salah satu rumah sakit terbesar di yogyakarta untuk memeriksakan kondisi jantungnya. Setelah di-EEG (rekam jantung), ada indikasi kerja jantung memburuk. Setiap periksa di rumah sakit, obat-obat untuk menormalkan kerja jantung direbus dengan biaya yang tidak murah. Hampir satu tahun sakitnya tidak menunjukkan kesembuhan.
Pada suatu hari, sekitar jam 05.30, Ny. Murjiasih diantarkan ke tempat penulis menggunakan mobil tetangganya dalam kondisi tidak sadar. Muka pucat, badan dingin, kedua tangan dan kaki kaku, kedua matanya memandang kosong ke atas, tidak bisa bicara, serta bibirnya membiru seolah mendekati sekarat. Sampai di rumah penulis, dia dibaringkan dengan posisi miring agar jantung berada di atas. Langkah pertama yang diambil penulis adalah mengatur posisi tubuhnya agar rileks. Sekujur tubuh dihangatkan, telapak kaki, telapak tangan, pinggang, tengkuk, dan bagian perut dibakar dengan minyak kayu putih. Simpul saraf bagian telapak kaki dirangsang aktif dengan totok jari, terutama di titik jantung dan kelima organ penting lainnya.
Setelah sadar, 30 menit kemudian, Ny Murjiasih didudukkan dan penulis memberi 0,5 gelas (100 ml) minuman Teh hijau yang dicampur dengan Teh Sirih Merah ditambah sedikit madu dalam keadaan hangat. Selang 30 menit setelah minum Teh herbal tersebut, wajah Ny. Murjiasih mulai memerah, tidak pucat seperti saat datang, serta badannya mulai hangat kembali,. Walaupun dengan perlahan, mulutnya sudah bisa bicara, menceritakan kronologi kejadian yang dialaminya hingga sampai kena serangan jantung.
Pada hari-hari berikutnya Ny. Murjiasih rutin minum kapsul Ekstrak Sirih Merah. Sampai saat riwayatnya ditulis, dia masih dalam keadaan sehat dan tidak mengkhawatirkan seperti saat kritis seperti yang penulis lihat sendiri. Ternyata melalui sirih merah ditambah tanaman herbal lain, sang Khalik memberikan jalan kesembuhan bagi hamba-NYA yang patuh dan taat mengabdi.
Artikel ini dikutip dari buku: BASMI PENYAKIT DENGAN SIRIH MERAH, karangan: BAMBANG SUDEWO, hal 13 - 15, Cetakan Kelima 2008 Penerbit AgroMedia Pustaka. Dikutip oleh: Perwakilan Banyuwangi – PJ Sekar Kedhaton
Read More »»
Labels:
pengalaman
Batu Ginjal Keluar Dan Ambeien Mengempis.
Slamet Riyadi, 34 tahun, Tangerang.
Usianya tergolong masih muda, yakni baru kepala tiga. Slamet Riyadi yang bekrja di salah satu perusahaan swasta di Tangerang ini jadwal kerjanya sering terganggu akibat sakit yang dideritanya, yaitu ambeien dan batu ginjal. Kedua penyakit ini datang bergantian atau bersamaan.
Jika sedikit saja terforsir pekerjaan, terutama jika harus mengangkat beban berat, ambeiennya bisa dipastikan kambuh, terjadi pendarahan yang disertai rasa nyeri. Kondisi itu semakin bertambah jika ia salah makan. Misalnya makan makanan pedas dan berlemak. Maka, kedua sakitnya segera muncul lagi.
Berbagai jenis pengobatan pernah dicobanya, baik medis, alternatif, maupun dengan ramuan herbal. Setiap ada anjuran dari teman atau keluarga dan iklan di media tentang penyembuhan kedua penyakitnya, ia selalu mencobanya. Namun, upaya itu tidak mampu menyembuhkan penyakitnya. Sembilan bulan kedua penyakit itu diderita Bapak Slamet. Selama itu pula, punggung dan pinggangnya sering terasa pegal, nyeri, dan panas. Terapi dengan cara minum air putih sebanyak 10 gelas setiap haripun tak mampu mengatasi nyeri dipinggangnya.
Pada tanggal 21 Agustus 2005, saat pameran Flora 2005 di Lapangan Banteng, Bapak Slamet mengunjungi Stand Herbal PJ Sekar Kedhaton (stand penulis / Bambang Sudewo). Ia sempat berkonsultasi langsung dengan penulis mengenai penyakitnya. Sesuai dengan keluhan fisik yang dirasakannya berbulan-bulan, ia tertarik untuk mengonsumsi, ia datang lagi ke stand penulis dengan membawa cerita yang cukup mengejutkan penulis beserta tim dan beberapa pengunjung.
Bapak Slamet menceritakan bahwa setelah tiga hari mengonsumsi kapsul Ekstrak Sirih Merah dan Teh Herbal Sirih Merah, saat kencing pada pagi hari (hari keempat), keluar batu ginjal sebesar kacang, hitam dan sebagian seperti butiran-butiran pasir. Rasa perih dan panas yang luar biasa di bagian kandung kemih dirasakan tiga jam sebelum kencing batunya keluar. Dua hari setelah batu ginjalnya keluar, ambeiennya mengempis dan lukanya mulai mengering, sehingga tidak terjadi perdarahan lagi.
Saat itu penulis melihat dengan jelas sekali ada perasaan lega, gembira, dan rasa syukur yang tulus terucap berulang kali lewat bibirnya dengan setengah gemetar. Bapak Slamet juga mengaku setiap malam sujud dan bersimpuh dihadapan-NYA sebagai rasa syukur atas kesembuhan kedua penyakitnya. Betapa tidak? Sebelum Sang Maha Pengasih memberikan kemudahan dalam mengobati penyakitnya, hanpir seluruh gajinya habis digunakan untuk berobat.
Artikel ini dikutip dari buku: BASMI PENYAKIT DENGAN SIRIH MERAH, karangan: BAMBANG SUDEWO, hal 11 - 13, Cetakan Kelima 2008 Penerbit AgroMedia Pustaka. Dikutip oleh: Perwakilan Banyuwangi – PJ Sekar Kedhaton Read More »»
Usianya tergolong masih muda, yakni baru kepala tiga. Slamet Riyadi yang bekrja di salah satu perusahaan swasta di Tangerang ini jadwal kerjanya sering terganggu akibat sakit yang dideritanya, yaitu ambeien dan batu ginjal. Kedua penyakit ini datang bergantian atau bersamaan.
Jika sedikit saja terforsir pekerjaan, terutama jika harus mengangkat beban berat, ambeiennya bisa dipastikan kambuh, terjadi pendarahan yang disertai rasa nyeri. Kondisi itu semakin bertambah jika ia salah makan. Misalnya makan makanan pedas dan berlemak. Maka, kedua sakitnya segera muncul lagi.
Berbagai jenis pengobatan pernah dicobanya, baik medis, alternatif, maupun dengan ramuan herbal. Setiap ada anjuran dari teman atau keluarga dan iklan di media tentang penyembuhan kedua penyakitnya, ia selalu mencobanya. Namun, upaya itu tidak mampu menyembuhkan penyakitnya. Sembilan bulan kedua penyakit itu diderita Bapak Slamet. Selama itu pula, punggung dan pinggangnya sering terasa pegal, nyeri, dan panas. Terapi dengan cara minum air putih sebanyak 10 gelas setiap haripun tak mampu mengatasi nyeri dipinggangnya.
Pada tanggal 21 Agustus 2005, saat pameran Flora 2005 di Lapangan Banteng, Bapak Slamet mengunjungi Stand Herbal PJ Sekar Kedhaton (stand penulis / Bambang Sudewo). Ia sempat berkonsultasi langsung dengan penulis mengenai penyakitnya. Sesuai dengan keluhan fisik yang dirasakannya berbulan-bulan, ia tertarik untuk mengonsumsi, ia datang lagi ke stand penulis dengan membawa cerita yang cukup mengejutkan penulis beserta tim dan beberapa pengunjung.
Bapak Slamet menceritakan bahwa setelah tiga hari mengonsumsi kapsul Ekstrak Sirih Merah dan Teh Herbal Sirih Merah, saat kencing pada pagi hari (hari keempat), keluar batu ginjal sebesar kacang, hitam dan sebagian seperti butiran-butiran pasir. Rasa perih dan panas yang luar biasa di bagian kandung kemih dirasakan tiga jam sebelum kencing batunya keluar. Dua hari setelah batu ginjalnya keluar, ambeiennya mengempis dan lukanya mulai mengering, sehingga tidak terjadi perdarahan lagi.
Saat itu penulis melihat dengan jelas sekali ada perasaan lega, gembira, dan rasa syukur yang tulus terucap berulang kali lewat bibirnya dengan setengah gemetar. Bapak Slamet juga mengaku setiap malam sujud dan bersimpuh dihadapan-NYA sebagai rasa syukur atas kesembuhan kedua penyakitnya. Betapa tidak? Sebelum Sang Maha Pengasih memberikan kemudahan dalam mengobati penyakitnya, hanpir seluruh gajinya habis digunakan untuk berobat.
Artikel ini dikutip dari buku: BASMI PENYAKIT DENGAN SIRIH MERAH, karangan: BAMBANG SUDEWO, hal 11 - 13, Cetakan Kelima 2008 Penerbit AgroMedia Pustaka. Dikutip oleh: Perwakilan Banyuwangi – PJ Sekar Kedhaton Read More »»
Labels:
pengalaman
Maag Akut Hilang Dalam Empat Hari.
Bapak Miftahuddin, 34 th, Nogotirto, Yogyakarta
Satu tahun yang lalu, bapak Miftahuddin menderita maag akut pada lambungnya. Keluhan gejala penyakitnya sebenarnya diawali sekitar dua tahun yang lalu akibat sering terlambat makan. Bapak miftahuddin membuka usaha berjualan kain batik kecil-kecilan didapat dari Pasar Klewer, Solo.
Perjalanan pergi pulang Yogyakarta – Solo selalu dijalani dengan mengendarai sepeda motor. Tidak peduli panas dan hujan, dia keliling menjajakan dagangannya dari rumah kerumah dan dari pasar ke pasar dari pagi hingga sore. Istri dan kedua anaknya hampir tidak kebagian waktu untuk berkumpul lama. Karena profesinya itu, daya tahan dan kesehatan fisiknya hampir tidak mendapatkan perhatian. Hingga pada suatu hari, tepatnya pada bulan September 2004, Bapak Miftahuddin jatuh sakit.
Upaya pengobatan dan penyembuhan ditempuhnya dengan cara memeriksakan diri ke dokter di rumah sakit terdekat. Perut tersa melilit, mual, panas, dan tenaganya sangat lemah. Sama sekali tidak ada selera makan dan pencernaanya juga tidak bisa menerima makanan. Setiap kali dipaksa makan walupun makanan lembut seperti bubur, dia selalu muntah. Akibat tidak bertenaga, dia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Sementara itu, dokter rujukannya memberikan obat sama seperti pada saat sakit-sakit sebelumnya. Setelah diminum sakitnya membaik, tetapi beberapa hari kemudian kambuh lagi.
Kondisi seperti itu dialaminya selama hampir empat tahun. Ketika mendengar informasi mengenai sirih merah, Bapak Miftahuddin berusaha mendapatkan tanaman itu di tempat penulis (Bambang Sudewo) mengenai penyakitnya. Dia menceritakan jika mengonsumsi makanan yang sedikit pedas atau sedikit asam dan keras, sakitnya langsung kambuh.
Setelah menyimak penuturannya, penulis langsung memberikan dua lembar daun sirih merah agar dikunyah dan ditelan. “pahit sekali,” katanya. Pada hari-hari berikutnya, dia meminum kapsul Ekstrak Sirih Merah dengan dosis 2x2 kapsul per hari. Pada tiga hari pertama rasa perihnya kian menjadi, tetapi setelah hari keempat perutnya mulai terasa tidak panas lagi, nyaman, dan rasa perihnya seperti tidak terasa lagi. Setelah dua minggu, keluhan sakit lambungnya sembuh total. Karenanya, penulis menyarankannya agar menghentikan meminum Ekstrak Sirih Merah untuk beberapa hari dan meminumnya jika sakitnya terasa. Sementara itu, sisa kapsul yang belum diminum diberikan kepada ibunya yang mempunyai keluhan darah tinggi. Dua minggu kemudian Bapak Miftahuddin menelepon penulis untuk mengabarkan bahwa ibunya juga sudah sehat dan darah tingginya mulai berkurang.
Artikel ini dikutip dari buku: BASMI PENYAKIT DENGAN SIRIH MERAH, karangan: BAMBANG SUDEWO, hal 09 - 11, Cetakan Kelima 2008 Penerbit AgroMedia Pustaka. Dikutip oleh: Perwakilan Banyuwangi – PJ Sekar Kedhaton Read More »»
Satu tahun yang lalu, bapak Miftahuddin menderita maag akut pada lambungnya. Keluhan gejala penyakitnya sebenarnya diawali sekitar dua tahun yang lalu akibat sering terlambat makan. Bapak miftahuddin membuka usaha berjualan kain batik kecil-kecilan didapat dari Pasar Klewer, Solo.
Perjalanan pergi pulang Yogyakarta – Solo selalu dijalani dengan mengendarai sepeda motor. Tidak peduli panas dan hujan, dia keliling menjajakan dagangannya dari rumah kerumah dan dari pasar ke pasar dari pagi hingga sore. Istri dan kedua anaknya hampir tidak kebagian waktu untuk berkumpul lama. Karena profesinya itu, daya tahan dan kesehatan fisiknya hampir tidak mendapatkan perhatian. Hingga pada suatu hari, tepatnya pada bulan September 2004, Bapak Miftahuddin jatuh sakit.
Upaya pengobatan dan penyembuhan ditempuhnya dengan cara memeriksakan diri ke dokter di rumah sakit terdekat. Perut tersa melilit, mual, panas, dan tenaganya sangat lemah. Sama sekali tidak ada selera makan dan pencernaanya juga tidak bisa menerima makanan. Setiap kali dipaksa makan walupun makanan lembut seperti bubur, dia selalu muntah. Akibat tidak bertenaga, dia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Sementara itu, dokter rujukannya memberikan obat sama seperti pada saat sakit-sakit sebelumnya. Setelah diminum sakitnya membaik, tetapi beberapa hari kemudian kambuh lagi.
Kondisi seperti itu dialaminya selama hampir empat tahun. Ketika mendengar informasi mengenai sirih merah, Bapak Miftahuddin berusaha mendapatkan tanaman itu di tempat penulis (Bambang Sudewo) mengenai penyakitnya. Dia menceritakan jika mengonsumsi makanan yang sedikit pedas atau sedikit asam dan keras, sakitnya langsung kambuh.
Setelah menyimak penuturannya, penulis langsung memberikan dua lembar daun sirih merah agar dikunyah dan ditelan. “pahit sekali,” katanya. Pada hari-hari berikutnya, dia meminum kapsul Ekstrak Sirih Merah dengan dosis 2x2 kapsul per hari. Pada tiga hari pertama rasa perihnya kian menjadi, tetapi setelah hari keempat perutnya mulai terasa tidak panas lagi, nyaman, dan rasa perihnya seperti tidak terasa lagi. Setelah dua minggu, keluhan sakit lambungnya sembuh total. Karenanya, penulis menyarankannya agar menghentikan meminum Ekstrak Sirih Merah untuk beberapa hari dan meminumnya jika sakitnya terasa. Sementara itu, sisa kapsul yang belum diminum diberikan kepada ibunya yang mempunyai keluhan darah tinggi. Dua minggu kemudian Bapak Miftahuddin menelepon penulis untuk mengabarkan bahwa ibunya juga sudah sehat dan darah tingginya mulai berkurang.
Artikel ini dikutip dari buku: BASMI PENYAKIT DENGAN SIRIH MERAH, karangan: BAMBANG SUDEWO, hal 09 - 11, Cetakan Kelima 2008 Penerbit AgroMedia Pustaka. Dikutip oleh: Perwakilan Banyuwangi – PJ Sekar Kedhaton Read More »»
Labels:
pengalaman
Benjolan Di Payudara Lenyap.
Desi, 21 tahun, Nusakambangan, Cilacap
Beberapa bulan sebelum melahirkan anak pertamanya, Desi merasakan nyeri di payudara bagian kanan, tetapi tidak dihiraukannya. Desi tidak pernah menduga jika beberapa bulan kemudian di tempat rasa nyeri itu akan muncul benjolan sebesar ibu jari kaki.
Benjolan itu seperti daging keras dan muncul secara tiba-tiba dua bulan setelah melahirkan anak pertamanya.
Kondisi yang dialami itu membuat Desi praktis tidak bisa menyusui anaknya dengan baik. Bagaimana tidak? Tersenggol sedikit saja sakitnya luar biasa. Ada perasaan bersalah yang dalam manakala bayinya merengek kehausan, sedangkan dia tidak mungkin mampu menyusuinya. Akhirnya, bayi Desi lebih banyak dirawat oleh ibunya. Ibu Desi memberikan susu formula untuk mengganti ASI.
Kekhawatiran ibu Desi semakin besar ketika teringat nenek Desi beberapa tahun yang lalu meninggal dunia akibat kanker payudara. Kini, anaknya sendiri mengalami hal yang serupa dengan ibunya. Tentu saja, hal itu semakin membuat ibu Desi gundah-gulana.
Pada akhir bulan Juni 2005, ibu Desi sempat interlokal dari Cilacap, minta waktu untuk bisa bertemu dengan penulis (Bambang Sudewo) di Yogyakarta. Pada keesokan harinya, ibu Desi menelepon lagi dan menceritakan penyakit yang diderita Desi sembari menangis. Karena saat itu penulis ada acara di luar kota sehingga tidak bisa bertemu, penulis memutuskan untuk mengirim kapsul Ekstrak Sirih Merah via jasa paket agar diminum Desi selama dua minggu. Penulis menjanjikan dalam waktu dekat akan mampir ke Nusakambangan, Cilacap, untuk melihat kondisi Desi.
Dalam lima hari pertama setelah meminum Ekstrak Sirih Merah, belum ada tanda-tanda sakitnya berkurang, bahkan Desi mengatakan lewat telepon, denyutan di benjolan payudara kanannya semakin menghebat. Setiap melewati hari ke-10 rasa sakitnya mulai berkurang. Artinya, ada proses membaik pada diri Desi.
Pada minggu kedua ibu Desi minta dikirim lagi kapsul Ekstrak Sirih Merah untuk Desi. Dia juga mengabarkan via telepon bahwa sakit di payudara Desi mulai ada perkembangan membaik. Walupun benjolan di payudara belum mengecil, kondisinya tidak sekeras pada dua minggu sebelumnya. Karenanya, penulis kembali mengirim 60 kapsul Ekstrak Sirih Merah. Paket tersebut diterima keluarga Desi dua hari kemudian.
Pada akhir bulan Juli 2005, penulis benar-benar mampir ke Nusakambangan sebelum ke Jakarta. Desi tidak diberitahu kalau penulis akan datang menemuinya. Saat penulis bertemu dengan ibu Desi di tempat penyeberangan menuju Nusakambangan, ibu Desi sempat menangis haru, senang, dan bahagia. Dia menceritakan kondisi Desi yang positif sembuh. Benjolan di payudara sebesar ibu jari kaki telah menipis dan hanya tinggal bekas keriput memerah setengah mengelupas.
Sesampainya di Nusakambangan, penulis bertemu dengan Desi. Ternyata Desi sudah dapat menggendong bayinya. Bahkan, sudah tiga hari bisa menyusui kembali bidadari kecilnya yang cantik. Mata Desi berkaca-kaca menyambut kedatangan penulis dan mengatakan bahwa sakitnya sudah benar-benar sembuh. Dengan perasan lega, penulis pulang dan meninggalkan Pulau Nusakambangan yang seram, tetapi tidak seseram saat-saat Desi menghadapi hari-hari bersama benjolan dipayudaranya. Kembali Yang Mahakuasa memberikan kesembuhan yang nyata kepada hamban-NYA yang dengan tanpa henti memohon, minta ampunan, dan kesembuhan.
Artikel ini dikutip dari buku: BASMI PENYAKIT DENGAN SIRIH MERAH, karangan: BAMBANG SUDEWO, hal 07 - 09, Cetakan Kelima 2008 Penerbit AgroMedia Pustaka. Dikutip oleh: Perwakilan Banyuwangi – PJ Sekar Kedhaton Read More »»
Beberapa bulan sebelum melahirkan anak pertamanya, Desi merasakan nyeri di payudara bagian kanan, tetapi tidak dihiraukannya. Desi tidak pernah menduga jika beberapa bulan kemudian di tempat rasa nyeri itu akan muncul benjolan sebesar ibu jari kaki.
Benjolan itu seperti daging keras dan muncul secara tiba-tiba dua bulan setelah melahirkan anak pertamanya.
Kondisi yang dialami itu membuat Desi praktis tidak bisa menyusui anaknya dengan baik. Bagaimana tidak? Tersenggol sedikit saja sakitnya luar biasa. Ada perasaan bersalah yang dalam manakala bayinya merengek kehausan, sedangkan dia tidak mungkin mampu menyusuinya. Akhirnya, bayi Desi lebih banyak dirawat oleh ibunya. Ibu Desi memberikan susu formula untuk mengganti ASI.
Kekhawatiran ibu Desi semakin besar ketika teringat nenek Desi beberapa tahun yang lalu meninggal dunia akibat kanker payudara. Kini, anaknya sendiri mengalami hal yang serupa dengan ibunya. Tentu saja, hal itu semakin membuat ibu Desi gundah-gulana.
Pada akhir bulan Juni 2005, ibu Desi sempat interlokal dari Cilacap, minta waktu untuk bisa bertemu dengan penulis (Bambang Sudewo) di Yogyakarta. Pada keesokan harinya, ibu Desi menelepon lagi dan menceritakan penyakit yang diderita Desi sembari menangis. Karena saat itu penulis ada acara di luar kota sehingga tidak bisa bertemu, penulis memutuskan untuk mengirim kapsul Ekstrak Sirih Merah via jasa paket agar diminum Desi selama dua minggu. Penulis menjanjikan dalam waktu dekat akan mampir ke Nusakambangan, Cilacap, untuk melihat kondisi Desi.
Dalam lima hari pertama setelah meminum Ekstrak Sirih Merah, belum ada tanda-tanda sakitnya berkurang, bahkan Desi mengatakan lewat telepon, denyutan di benjolan payudara kanannya semakin menghebat. Setiap melewati hari ke-10 rasa sakitnya mulai berkurang. Artinya, ada proses membaik pada diri Desi.
Pada minggu kedua ibu Desi minta dikirim lagi kapsul Ekstrak Sirih Merah untuk Desi. Dia juga mengabarkan via telepon bahwa sakit di payudara Desi mulai ada perkembangan membaik. Walupun benjolan di payudara belum mengecil, kondisinya tidak sekeras pada dua minggu sebelumnya. Karenanya, penulis kembali mengirim 60 kapsul Ekstrak Sirih Merah. Paket tersebut diterima keluarga Desi dua hari kemudian.
Pada akhir bulan Juli 2005, penulis benar-benar mampir ke Nusakambangan sebelum ke Jakarta. Desi tidak diberitahu kalau penulis akan datang menemuinya. Saat penulis bertemu dengan ibu Desi di tempat penyeberangan menuju Nusakambangan, ibu Desi sempat menangis haru, senang, dan bahagia. Dia menceritakan kondisi Desi yang positif sembuh. Benjolan di payudara sebesar ibu jari kaki telah menipis dan hanya tinggal bekas keriput memerah setengah mengelupas.
Sesampainya di Nusakambangan, penulis bertemu dengan Desi. Ternyata Desi sudah dapat menggendong bayinya. Bahkan, sudah tiga hari bisa menyusui kembali bidadari kecilnya yang cantik. Mata Desi berkaca-kaca menyambut kedatangan penulis dan mengatakan bahwa sakitnya sudah benar-benar sembuh. Dengan perasan lega, penulis pulang dan meninggalkan Pulau Nusakambangan yang seram, tetapi tidak seseram saat-saat Desi menghadapi hari-hari bersama benjolan dipayudaranya. Kembali Yang Mahakuasa memberikan kesembuhan yang nyata kepada hamban-NYA yang dengan tanpa henti memohon, minta ampunan, dan kesembuhan.
Artikel ini dikutip dari buku: BASMI PENYAKIT DENGAN SIRIH MERAH, karangan: BAMBANG SUDEWO, hal 07 - 09, Cetakan Kelima 2008 Penerbit AgroMedia Pustaka. Dikutip oleh: Perwakilan Banyuwangi – PJ Sekar Kedhaton Read More »»
Labels:
pengalaman
Luka Di Kaki Akibat Diabetes Berkurang Setelah Minum Sirih Merah.
Bapak Susmiarto, Karangjati, Yogyakarta.
Bapak dua orang anak ini menderita kencing manis selama lebih kurang dua tahun. Luka di kedua kakinya, dari bawah lutut sampai mata kaki telah membusuk. Beragam cara pengobatan, baik secara medis, sinshe, altenatif maupun herbal, telah dijalaninya.
Bahkan dokter dari salah satu rumah sakit di Yogyakarta menyarankan agar kakinya diamputasi. Saran dokter itu membuatnya bagai disambar petir! Bagaimana tidak? Amputasi berarti kehilangan kaki!
Ketekunannya dalam beribadah membuat Susmiarto tidak kehilangan semangat untuk terus berikhtiar. Susmiarto berobat dari dokter spesialis kulit yang satu ke dokter spesialis kulit yang lain. Namun, hasilnya tidak menggembirakan. Kerusakan pembuluh darah yang disebabkan luka di sekujur kakinya kian melebar membuat tulang kakinya terlihat jelas. Setiap malam tiba, rasa nyeri di kakinya akan tak tertahankan. Rasa nyeri itu sangat hebat, sehingga dia selalu mengerang kesakitan. Tragisnya lagi, kakinya tidak bisa digerakkan.
Meskipun sakit sebagai seorang kepala keluarga, Susmiarto tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dia bekerka sebagai teknisi computer dan membuka reparasi barang-barang elektronik. Setiap pergi dari rumah untuk menerima panggilan reparasi. Susmiarto selalu menyiapkan 5 – 7 pasang kaos kaki untuk cadangan. Kaos kaki itu untuk membungkus luka kakinya yang setiap 30 menit mengeluarkan nanah berbau amis yang sangat menyengat.
Setelah Susmiarto menjelaskan secara rinci keluhan-keluhan fisiknya selama dua tahun, penulis yakin lukanya yang membusuk dan tidak kunjung sembuh itu akibat sakit kencing manis atau diabetes mellitus. Apalagi keluhannya juga meliputi mata kabur, rasa haus yang berlebihan, sering buang air kecil panda malam hari, gusi berdarah, dan sariawan.
Meskipun Susmiarto belum sempat menunjukkan hasil cek laboratorium tentang kadar glukosa darahnya, penulis yakin Susmiarto terkena diabetes mellitus akut seperti yang penulis alami sendiri. Atas saran penulis, Susmiarto kemudian memakan tiga lembar daun sirih merah. Susmiarto berusaha mengunyah dan menelan daun sirih merah tersebut walaupun rasanya pahit. Saat pamit hendak pulang, Susmiarto penulis sarankan membawa kapsul Ekstrak Sirih Merah agar praktis saat meminumnya.
Dua minggu kemudian, Susmiarto datang lagi dengan senyum lebar. “Sudah lumayan ada perubahan, Pak,” katanya. Setelah melihat secara langsung dengan membuka kaos kakinya, penulis yakin ternyata memang sudah ada perubahan. Luka di kaki Susmiarto sudah agak mongering. Menurut pengakuannya, setelah seminggu mengonsumsi kapsul Ekstrak Sirih Merah, pada suatu malam rasa sakit di kedua kakinya menghebat dan nanah mengucur deras, sehingga dia harus berganti kaos kaki sampai beberapa kali. Namun, pada pagi harinya rasa nyeri dikedua kaki berkurang secara drastis. Tanda-tanda kesembuhan ini sangat melegakan hatinya.Setiap bangun pada ujung malam, Susmiarto tidak lupa mengucapkan syukur kepada sang khaliq, karena kesembuhan yang didambakannya masih berpihak kepadanya. Perasaan seperti disambar petir lantaran mau diamputasi hilang sudah.
Artikel ini dikutip dari buku: BASMI PENYAKIT DENGAN SIRIH MERAH, karangan: BAMBANG SUDEWO, hal 05 - 07, Cetakan Kelima 2008 Penerbit AgroMedia Pustaka. Dikutip oleh: Perwakilan Banyuwangi – PJ Sekar Kedhaton Read More »»
Bapak dua orang anak ini menderita kencing manis selama lebih kurang dua tahun. Luka di kedua kakinya, dari bawah lutut sampai mata kaki telah membusuk. Beragam cara pengobatan, baik secara medis, sinshe, altenatif maupun herbal, telah dijalaninya.
Bahkan dokter dari salah satu rumah sakit di Yogyakarta menyarankan agar kakinya diamputasi. Saran dokter itu membuatnya bagai disambar petir! Bagaimana tidak? Amputasi berarti kehilangan kaki!
Ketekunannya dalam beribadah membuat Susmiarto tidak kehilangan semangat untuk terus berikhtiar. Susmiarto berobat dari dokter spesialis kulit yang satu ke dokter spesialis kulit yang lain. Namun, hasilnya tidak menggembirakan. Kerusakan pembuluh darah yang disebabkan luka di sekujur kakinya kian melebar membuat tulang kakinya terlihat jelas. Setiap malam tiba, rasa nyeri di kakinya akan tak tertahankan. Rasa nyeri itu sangat hebat, sehingga dia selalu mengerang kesakitan. Tragisnya lagi, kakinya tidak bisa digerakkan.
Meskipun sakit sebagai seorang kepala keluarga, Susmiarto tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dia bekerka sebagai teknisi computer dan membuka reparasi barang-barang elektronik. Setiap pergi dari rumah untuk menerima panggilan reparasi. Susmiarto selalu menyiapkan 5 – 7 pasang kaos kaki untuk cadangan. Kaos kaki itu untuk membungkus luka kakinya yang setiap 30 menit mengeluarkan nanah berbau amis yang sangat menyengat.
Setelah Susmiarto menjelaskan secara rinci keluhan-keluhan fisiknya selama dua tahun, penulis yakin lukanya yang membusuk dan tidak kunjung sembuh itu akibat sakit kencing manis atau diabetes mellitus. Apalagi keluhannya juga meliputi mata kabur, rasa haus yang berlebihan, sering buang air kecil panda malam hari, gusi berdarah, dan sariawan.
Meskipun Susmiarto belum sempat menunjukkan hasil cek laboratorium tentang kadar glukosa darahnya, penulis yakin Susmiarto terkena diabetes mellitus akut seperti yang penulis alami sendiri. Atas saran penulis, Susmiarto kemudian memakan tiga lembar daun sirih merah. Susmiarto berusaha mengunyah dan menelan daun sirih merah tersebut walaupun rasanya pahit. Saat pamit hendak pulang, Susmiarto penulis sarankan membawa kapsul Ekstrak Sirih Merah agar praktis saat meminumnya.
Dua minggu kemudian, Susmiarto datang lagi dengan senyum lebar. “Sudah lumayan ada perubahan, Pak,” katanya. Setelah melihat secara langsung dengan membuka kaos kakinya, penulis yakin ternyata memang sudah ada perubahan. Luka di kaki Susmiarto sudah agak mongering. Menurut pengakuannya, setelah seminggu mengonsumsi kapsul Ekstrak Sirih Merah, pada suatu malam rasa sakit di kedua kakinya menghebat dan nanah mengucur deras, sehingga dia harus berganti kaos kaki sampai beberapa kali. Namun, pada pagi harinya rasa nyeri dikedua kaki berkurang secara drastis. Tanda-tanda kesembuhan ini sangat melegakan hatinya.Setiap bangun pada ujung malam, Susmiarto tidak lupa mengucapkan syukur kepada sang khaliq, karena kesembuhan yang didambakannya masih berpihak kepadanya. Perasaan seperti disambar petir lantaran mau diamputasi hilang sudah.
Artikel ini dikutip dari buku: BASMI PENYAKIT DENGAN SIRIH MERAH, karangan: BAMBANG SUDEWO, hal 05 - 07, Cetakan Kelima 2008 Penerbit AgroMedia Pustaka. Dikutip oleh: Perwakilan Banyuwangi – PJ Sekar Kedhaton Read More »»
Labels:
pengalaman
Diabetes Sembuh Dalam Tiga Minggu.
Hj. Susiawantari, 51 Tahun, Jakarta Selatan
Ibarat bunga matahari yang sedang mekar, kelopaknya tegak menatap sang matahari. Kesan indah dan tegar tergambar jelas di garis wajahnya. Wanita cantik berumur separuh abad ini selalu menatap hidup dengan penuh semangat.
“Jangan hanya mimpi kalau Mas ingin sukses, juga jangan lupa terus menatap-Nya jika ingin kesuksesan selalu berpihak pada Mas”, demikian filosofi Ny. Susi. “Dan jangan pula mengeluh manakala sakit menimpa. Syukuri saja dan yang penting terus memohon dan berikhtiar untuk sembuh,“ sambungnya dengan senyum manis.
Kesibukan bisnisnya yang menyita waktu sering menyebabkan pola makannya tidak terkontrol. Akibatnya, sudah sejak lama Ny. Susi mempunyai keluhan kadar glukosa yang selalu naik turun. Secara medis upaya menurunkan kadar gula dalam tubuhnya telah dilakukan. Pengobatan alternative dengan beragam ramuan herbal juga pernah dicobanya. Namun, hasil yang memuaskan belum dirasakannya.
Pada tanggal 16 November 2004, Ny. Susi menelpon penulis dan memesan kapsul Ekstrak Sirih Merah dan Teh Celup Sirih Merah. Secara panjang lebar dia menceritakan masalah diabetesnya. Kadar gulanya sudah 260 mg/dl. Keluhan yang sering dirasakannya adalah lemah, emosional (sensitif), dan gangguaan pada kelenjar tiroid. Selain itu, dia juga mengalami peradangan pada tenggorokan yang sulit sembuh, mata pegal dan kabur, serta nyeri di ujung-ujung tangannya. Jika sudah drop fisiknya, dia tidak mampu melakukan aktivitas apa pun.
Setelah tiga minggu minum kapsul Ekstrak Sirih Merah dan Teh Sirih Merah, keluhan-keluhan tersebut berangsur sembuh. Beberapa hari kemudian dia menceritakan kesembuhan diabetesnya kepada penulis. Namun, dia tetap menyediakan paket Sirih Merah untuk berjaga-jaga dan untuk obat jerawat anaknya.
Artikel ini dikutip dari buku: BASMI PENYAKIT DENGAN SIRIH MERAH, karangan: BAMBANG SUDEWO, hal 04 - 05, Cetakan Kelima 2008 Penerbit AgroMedia Pustaka. Dikutip oleh: Perwakilan Banyuwangi – PJ Sekar Kedhaton Read More »»
Ibarat bunga matahari yang sedang mekar, kelopaknya tegak menatap sang matahari. Kesan indah dan tegar tergambar jelas di garis wajahnya. Wanita cantik berumur separuh abad ini selalu menatap hidup dengan penuh semangat.
“Jangan hanya mimpi kalau Mas ingin sukses, juga jangan lupa terus menatap-Nya jika ingin kesuksesan selalu berpihak pada Mas”, demikian filosofi Ny. Susi. “Dan jangan pula mengeluh manakala sakit menimpa. Syukuri saja dan yang penting terus memohon dan berikhtiar untuk sembuh,“ sambungnya dengan senyum manis.
Kesibukan bisnisnya yang menyita waktu sering menyebabkan pola makannya tidak terkontrol. Akibatnya, sudah sejak lama Ny. Susi mempunyai keluhan kadar glukosa yang selalu naik turun. Secara medis upaya menurunkan kadar gula dalam tubuhnya telah dilakukan. Pengobatan alternative dengan beragam ramuan herbal juga pernah dicobanya. Namun, hasil yang memuaskan belum dirasakannya.
Pada tanggal 16 November 2004, Ny. Susi menelpon penulis dan memesan kapsul Ekstrak Sirih Merah dan Teh Celup Sirih Merah. Secara panjang lebar dia menceritakan masalah diabetesnya. Kadar gulanya sudah 260 mg/dl. Keluhan yang sering dirasakannya adalah lemah, emosional (sensitif), dan gangguaan pada kelenjar tiroid. Selain itu, dia juga mengalami peradangan pada tenggorokan yang sulit sembuh, mata pegal dan kabur, serta nyeri di ujung-ujung tangannya. Jika sudah drop fisiknya, dia tidak mampu melakukan aktivitas apa pun.
Setelah tiga minggu minum kapsul Ekstrak Sirih Merah dan Teh Sirih Merah, keluhan-keluhan tersebut berangsur sembuh. Beberapa hari kemudian dia menceritakan kesembuhan diabetesnya kepada penulis. Namun, dia tetap menyediakan paket Sirih Merah untuk berjaga-jaga dan untuk obat jerawat anaknya.
Artikel ini dikutip dari buku: BASMI PENYAKIT DENGAN SIRIH MERAH, karangan: BAMBANG SUDEWO, hal 04 - 05, Cetakan Kelima 2008 Penerbit AgroMedia Pustaka. Dikutip oleh: Perwakilan Banyuwangi – PJ Sekar Kedhaton Read More »»
Labels:
pengalaman
Benjolan Diperut Dan TBC TULANG Sembuh Setelah Lima Minggu Mengonsumsi Ekstrak Sirih Merah.
Bapak Soni Subroto, 34 Tahun, Cimindi, Cimahi, Jawa Barat.
Lewat pukul 22.00, seorang laki-laki dengan dipapah sempoyongan dan mengerang kesakitan menemui penulis (Bambang Sudewo). Dia adalah Bapak Soni Subroto yang diantar oleh saudaranya dengan maksud untuk berobat. Wajahnya pucat, tubuhnya lemah lunglai, dan berbicara pun seolah
olah tidak ada tenaga. Jangankan untuk berjalan, berdiri pun tampaknya sulit. Bapak Soni hanya bisa duduk bersandar dengan kedua tangan memegangi perutnya yang berlubang dan terus menerus mengeluarkan nanah yang berbau tidak sedap.
Menurut penuturannya, mula-mula di perut sebelah kiri Bapak Soni muncul benjolan (bengkak) menyerupai abses. Dia merasakan adanya nyeri yang menghebat, pegal-pegal di pinggang, sulit tidur karena untuk sedikit gerak saja sakitnya luar biasa. Penderitaan ini dijalaminya selama enam bulan lebih. Selama itu pula otomatis dia tidak bisa bekerja atau beraktivitas. Pikirannya semakin berat karena harus menanggung beban hidup keluarganya. Selama itu dia telah mengeluarkan banyak biaya untuk menyembuhkan penyakitnya.
Dia juga memutuskan berobat ke dokter di Maos. Selanjutnya, abses di perut sebelah kiri bagian bawah dekat selangkangannya dioperasi. Oleh dokter dia diberi antibiotic dan disarankan untuk berpantang makanan tertentu. Setelah tujuh kali periksa ke dokter, luka di perut yang sudah dioperasi tersebut tidak kunjung mengering dan penyakitnya tidak hilang. Hal itu berlangsung hingga empat bulan lamanya. Setengah patah semangat, dijalaninya pengobatan alternative di beberapa tempat, tetapi hasilnya hanya menambah penderitaan karena tidak juga sembuh, bahkan biaya yang justru terus membengkak.
Luka bagian luar seperti mongering, tetapi jika digunakan untuk berdiri dengan posisi terhimpit keluar nanah berwarna kuning, berbau anyir sekitar satu gelas. Esoknya, membengkak lagi dan keluar cairan itu lagi. Kondisi seperti itu dialaminya selama sekitar lima bulan. Badannya pun semakin terasa lemah dan kurus tinggal tulang. Lengkap sudah penderitaan Bapak Soni, karena ternyata sakitnya terus menjalar ke perut bagian kanan di dekat tulang pinggang depan. Di tempat itu tumbuh benjolan sebesar telur angsa. Saat pecah pertama kali keluar cairan lewat lubang sebesar lubang jarum. Suatu hari, saat dia berdiri benjolan pecah dan muncratlah darah berwarna hitam pekat. Hari demi hari, lubang tersebut bertambah besar hingga daging dan tulang bagian dalamnya terlihat.
Mengerikan sekali, Bapak Soni menceritakan kejadian demi kejadian dengan mata berkaca-kaca. Saat itu, kelenjar di selangkangannya membengkak sakit luar biasa. Dia pun kembali berobat ke dokter, diberi antibiotic, dan diinjeksi (disuntik) hingga sekitar 60 kali. Diagnosis sementara dokter tersebut menyimpulkan bahwa Bapak Soni menderita TBC TULANG. Pihak dokter dan rumah sakit yang menanganinya sempat kewalahan karena penyakit pasiennya tersebut tidak kunjung membaik. Akhirnya Bapak Soni mencoba berkonsultasi dan berobat ke penulis.
Saat Pak Soni datang pertama kali, penulis mencoba memberi support untuk kesembuhannya dengan terus memohon kepada Tuhan, lebih mendekatkan diri, dan pasrah sembari berusaha terus menerus agar penyakitnya berangsur membaik. Terapi yang penulis lakukan pertama kali adalah memberinya tiga lembar daun sirih merah segar yang sudah dicuci bersih untuk dimakan atau dikunyah, kemudian ditelan begitu saja, disusul air putih hangat. Untuk bekal pulang, penulis memberinya sembilan lembar daun sirih merah untuk pengobataan selama tiga hari. Selain itu, penulis juga memberinya satu pot kecil tanaman sirih merah agar di tanam di rumahnya.
Seminggu kemudian penulis memberinya kapsul Ekstrak Sirih Merah sebanyak 60 butir (satu paket) untuk diminum dua kali sehari, sekali minum dua kapsul (2x2). Saat itu, kapsul tersebut penulis buat hanya untuk kalangan terbatas dan belum diperjual-belikan secara bebas. Setelah dua minggu mengonsumsi Ekstrak Sirih Merah, Bapak Soni mulai merasakan badannya segar, pegal-pegalnya mulai menghilang, rasa nyerinya berangsur berkurang, mulai bisa tidur nyenyak dan nafsu makannya muncul kembali. Pada minggu kelima, luka di perutnya mengering dan lubangnya tertutup kembali.
Demikianlah kebesaran Tuhan telah membuktikan bahwa setiap penyakit ada obatnya. Bukti luar biasa ini terjadi pada diri Bapak Soni Subroto. Dua bulan kemudian, luka dan penyakitnya telah sembuh total. Ekstrak Sirih Merah telah menjadi media perantara bagi kesembuhan penyakitnya. Sementara itu, tanaman sirih merah yang penulis berikan kepadanya, tumbuh subur dan lebat daunnya. Tanamannya itu beberapa kali habis daunnya karena dipetik orang tanpa sepengetahuannya, tetapi baginya hal tersebut tidak seberapa dibandingkan dengan kesembuhan yang diberikan Tuhan kepadanya.
Artikel ini dikutip dari buku: BASMI PENYAKIT DENGAN SIRIH MERAH, karangan: BAMBANG SUDEWO, hal 01 – 04, Cetakan Kelima 2008 Penerbit AgroMedia Pustaka. Dikutip oleh: Perwakilan Banyuwangi – PJ Sekar Kedhaton
Read More »»
Lewat pukul 22.00, seorang laki-laki dengan dipapah sempoyongan dan mengerang kesakitan menemui penulis (Bambang Sudewo). Dia adalah Bapak Soni Subroto yang diantar oleh saudaranya dengan maksud untuk berobat. Wajahnya pucat, tubuhnya lemah lunglai, dan berbicara pun seolah
olah tidak ada tenaga. Jangankan untuk berjalan, berdiri pun tampaknya sulit. Bapak Soni hanya bisa duduk bersandar dengan kedua tangan memegangi perutnya yang berlubang dan terus menerus mengeluarkan nanah yang berbau tidak sedap.
Menurut penuturannya, mula-mula di perut sebelah kiri Bapak Soni muncul benjolan (bengkak) menyerupai abses. Dia merasakan adanya nyeri yang menghebat, pegal-pegal di pinggang, sulit tidur karena untuk sedikit gerak saja sakitnya luar biasa. Penderitaan ini dijalaminya selama enam bulan lebih. Selama itu pula otomatis dia tidak bisa bekerja atau beraktivitas. Pikirannya semakin berat karena harus menanggung beban hidup keluarganya. Selama itu dia telah mengeluarkan banyak biaya untuk menyembuhkan penyakitnya.
Dia juga memutuskan berobat ke dokter di Maos. Selanjutnya, abses di perut sebelah kiri bagian bawah dekat selangkangannya dioperasi. Oleh dokter dia diberi antibiotic dan disarankan untuk berpantang makanan tertentu. Setelah tujuh kali periksa ke dokter, luka di perut yang sudah dioperasi tersebut tidak kunjung mengering dan penyakitnya tidak hilang. Hal itu berlangsung hingga empat bulan lamanya. Setengah patah semangat, dijalaninya pengobatan alternative di beberapa tempat, tetapi hasilnya hanya menambah penderitaan karena tidak juga sembuh, bahkan biaya yang justru terus membengkak.
Luka bagian luar seperti mongering, tetapi jika digunakan untuk berdiri dengan posisi terhimpit keluar nanah berwarna kuning, berbau anyir sekitar satu gelas. Esoknya, membengkak lagi dan keluar cairan itu lagi. Kondisi seperti itu dialaminya selama sekitar lima bulan. Badannya pun semakin terasa lemah dan kurus tinggal tulang. Lengkap sudah penderitaan Bapak Soni, karena ternyata sakitnya terus menjalar ke perut bagian kanan di dekat tulang pinggang depan. Di tempat itu tumbuh benjolan sebesar telur angsa. Saat pecah pertama kali keluar cairan lewat lubang sebesar lubang jarum. Suatu hari, saat dia berdiri benjolan pecah dan muncratlah darah berwarna hitam pekat. Hari demi hari, lubang tersebut bertambah besar hingga daging dan tulang bagian dalamnya terlihat.
Mengerikan sekali, Bapak Soni menceritakan kejadian demi kejadian dengan mata berkaca-kaca. Saat itu, kelenjar di selangkangannya membengkak sakit luar biasa. Dia pun kembali berobat ke dokter, diberi antibiotic, dan diinjeksi (disuntik) hingga sekitar 60 kali. Diagnosis sementara dokter tersebut menyimpulkan bahwa Bapak Soni menderita TBC TULANG. Pihak dokter dan rumah sakit yang menanganinya sempat kewalahan karena penyakit pasiennya tersebut tidak kunjung membaik. Akhirnya Bapak Soni mencoba berkonsultasi dan berobat ke penulis.
Saat Pak Soni datang pertama kali, penulis mencoba memberi support untuk kesembuhannya dengan terus memohon kepada Tuhan, lebih mendekatkan diri, dan pasrah sembari berusaha terus menerus agar penyakitnya berangsur membaik. Terapi yang penulis lakukan pertama kali adalah memberinya tiga lembar daun sirih merah segar yang sudah dicuci bersih untuk dimakan atau dikunyah, kemudian ditelan begitu saja, disusul air putih hangat. Untuk bekal pulang, penulis memberinya sembilan lembar daun sirih merah untuk pengobataan selama tiga hari. Selain itu, penulis juga memberinya satu pot kecil tanaman sirih merah agar di tanam di rumahnya.
Seminggu kemudian penulis memberinya kapsul Ekstrak Sirih Merah sebanyak 60 butir (satu paket) untuk diminum dua kali sehari, sekali minum dua kapsul (2x2). Saat itu, kapsul tersebut penulis buat hanya untuk kalangan terbatas dan belum diperjual-belikan secara bebas. Setelah dua minggu mengonsumsi Ekstrak Sirih Merah, Bapak Soni mulai merasakan badannya segar, pegal-pegalnya mulai menghilang, rasa nyerinya berangsur berkurang, mulai bisa tidur nyenyak dan nafsu makannya muncul kembali. Pada minggu kelima, luka di perutnya mengering dan lubangnya tertutup kembali.
Demikianlah kebesaran Tuhan telah membuktikan bahwa setiap penyakit ada obatnya. Bukti luar biasa ini terjadi pada diri Bapak Soni Subroto. Dua bulan kemudian, luka dan penyakitnya telah sembuh total. Ekstrak Sirih Merah telah menjadi media perantara bagi kesembuhan penyakitnya. Sementara itu, tanaman sirih merah yang penulis berikan kepadanya, tumbuh subur dan lebat daunnya. Tanamannya itu beberapa kali habis daunnya karena dipetik orang tanpa sepengetahuannya, tetapi baginya hal tersebut tidak seberapa dibandingkan dengan kesembuhan yang diberikan Tuhan kepadanya.
Artikel ini dikutip dari buku: BASMI PENYAKIT DENGAN SIRIH MERAH, karangan: BAMBANG SUDEWO, hal 01 – 04, Cetakan Kelima 2008 Penerbit AgroMedia Pustaka. Dikutip oleh: Perwakilan Banyuwangi – PJ Sekar Kedhaton
Read More »»
Labels:
pengalaman
Subscribe to:
Posts (Atom)
HARGA / ONGKOS KIRIM / BONUS
HARGA :
TEH HERBAL SIRIH MERAH (Teh Celup)
Maaf, untuh teh herbal kami tidak jual lagi!
KAPSUL EKSTRAK SIRIH MERAH PLUS
Harga : Rp. 145.000,-
Isi : 60 KAPSUL PER BOTOL
ONGKOS KIRIM : Rp. 10.000,- (P. Jawa), Rp. 20.000,- (Luar P. Jawa)
BONUS :
Kami Bantu Penyembuhan Dengan Terapi Penyembuhan Jarak Jauh.
TEH HERBAL SIRIH MERAH (Teh Celup)
Maaf, untuh teh herbal kami tidak jual lagi!
KAPSUL EKSTRAK SIRIH MERAH PLUS
Harga : Rp. 145.000,-
Isi : 60 KAPSUL PER BOTOL
ONGKOS KIRIM : Rp. 10.000,- (P. Jawa), Rp. 20.000,- (Luar P. Jawa)
BONUS :
Kami Bantu Penyembuhan Dengan Terapi Penyembuhan Jarak Jauh.
All Rights Reserved
BANYUWANGI – JAWA TIMUR – INDONESIA